Pink-Cream Part 1
Meyakini bahwa apa yang terjadi adalah yang terbaik terbukti lebih menentramkan. Saat itu, seorang anak sebut saja Melati gagal dalam sebuah seleksi suatu kegiatan internasional. Kemudian, untuk ke sekian kalinya ia mencoba, dan yang ini unik, gagalnya benar-benar menegur kekurangannya "deadliners". Bagaimana tidak, perbedaan waktu korea-indonesia tidak ia perhitungkan, sepertinya tidak terpikirkan. Sudah jelas gagal sebelum perang ini mah, pikirnya.
Beberapa waktu berlalu, saat itu dia pantas disebut ambisius sepertinya. Semangatnya tinggi, lumayan kebal dengan kegagalan. Padahal klo dianalisis, gagalnya ga seberapa dibanding feedback yang dia dapat dari keberhasilannya.
Hingga tiba pada waktu dimana cuaca cukup cerah siang itu, bada shalat dzuhur, masih dengan mukenanya, ia membuka sebuah announcement, ga nyangka, nama nya terpampang di urutan paling atas, nomor 1. Jelas tertulis namanya di sana. Iya, dia lolos seleksi kegiatan internasional itu, ga tanggung-tanggung langsung keliling ke 5 negara sekaligus dalam waktu kurang lebih 15 hari.
Hadiah? Benar-benar hadiah, setelah gagal yang ga seberapa, ini lebih dari yang dia harapkan. Alhamdulillah..sujud syukur.
Menetes air matanya, terharu.
Menelpon orang tua, terharu lagi.
Dan semua itu terbukti, bahwa apa yang menurut kita baik belum tentu baik menurut Allah, dan apa yang menurut kita buruk, belum tentu buruk menurut Allah, Allah Maha Tau sedang kita tidak tau.
Kita sering sok tau, dan ke sok tau'an itu yang membuat kita gelisah ga karuan. Padahal Allah telah menyiapkan skenario terbaikNya.
Ga terbatas perihal lomba, pun tentang siapa yang akan datang 'duluan'.
Melati tengah berusaha membersihkan hati, seperti halnya Bunga Melati. Putih bersih, ia ingin hatinya pun demikian. Berharap hanya pada Allah, mahabah Ilahiyah.
Comments
Post a Comment