Bintang
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, dan sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS. Asy-Syarh: 5-6)
Melati tersenyum, teringat kata-kata pada gambar di atas, "Malam adalah kesempatan indah untuk berdoa, beristirahat, memaafkan, melupakan, dan memulai hari Esok Yang Lebih Baik."
Betapa Melati telah melalui itu. Kemarin, tepatnya setelah Shalat Isya, beberapa sanak keluarga berkunjung ke rumah, sebelumnya sudah berkunjung, dan kunjungan kali ini bermaksud menjemput Umi dan Abi untuk bersama-sama silaturrahim ke sanak keluarga di desa lain. Melati beserta dua adek perempuannya memilih di rumah saja. Bukan tanpa alasan, mereka ingin menikmati sesuatu. Iya, tikar sudah digelar, tepatnya di halaman depan rumah, persis di samping pohon mawar yang tinggi itu, dengan bunga-bunganya yang menambah indah suasana. Tak lupa camilan, minuman berupa teh, dan juga bantal dengan selimutnya diikutsertakan. Mereka bertiga tidur seperti pindang yang berjajar. Memandang langit yang sama. Mungkin pembaca akan ikut terpesona, melihat ribuan bintang bertebaran di langit, sangat indah. Beberapa rasi bintang sangat jelas terlihat. Namun ada yang berbeda, ada satu bintang yang paling cerah, tak ada bintang lain yang letaknya begitu dekat, semuanya seperti mengelilingi bintang itu, dengan jarak yang sama hingga bisa dikatakan jarak bintang-bintang lain dengan bintang itu adalah jari-jari lingkaran yang terbentuk. Indah, cerah, terang, dalam sendirinya. Dalam keheningan, melati berkata:
"Dek, liat gak bintang itu, iya yang itu, yang paling terang, yang sendirian kayak di pusat lingkaran, nah yaps (hening sejenak)
Bintang itu terlihat paling bersinar, ia terlihat berbeda dengan yang lainnya, bintang itu memaksimalkan apa yang ada di dirinya, memaksimalkan apa yang telah Allah berikan padanya, bintang itu menunjukkan bahwa berbeda belum tentu baik tapi yang terbaik sudah pasti berbeda. Betapa ia terlihat mempesona dalam area kesendiriannya, look.. Begitu banyak bintang lain yang berkumpul mengelilingnya, namun jaraknya sama, iya, bintang itu tengah menjaga, menjaga izzah dan iffah nya. Bintang itu tengah fokus pada peningkatan kualitas dirinya, bukan untuk sesamanya melainkan untuk Sang Pencipta, Allah SWT. Ia ingin meraih mahabah Ilahiyah, ia ingin memaksimalkan apa yang sudah ia dapatkan, untuk sepenuhnya meraih Ridho Yang Memberikan.
Allah ridho terhadap dia dan dia pun ridho kepada-Nya.
Untuk itu, Allah sinari ia dengan cahaya-Nya. Hingga yang kita lihat, adalah cahaya yang begitu mempesona, tak menyilaukan mata namun menentramkan dan menyejukkan jiwa. Membuat kita sadar betapa Allah telah melimpahkan nikmat yang begitu besar, hingga kita tak dapat menghitungnya, betapa Allah Maha Segalanya, Maha Baik, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Melihat, Maha Mendengar semua doa-doa kita, dan Maha Cinta.
Bintang itu .. Ia berusaha menjadi apa yang Allah mau, menjadi apa yang Allah ingin, menjadi apa yang Allah perintahkan, menjadi apa yang Allah ridho. Ia senantiasa bertasbih kepada Allah, mengingat Allah, mencintai Allah lebih dari apapun atau siapapun jua. Semurni-murninya cinta, seindah-indahnya cinta, penuh dengan ketaatan tanpa mengharapkan balasan.
Jarak bintang lainnya adalah sama, iya, karna Allah menjaganya, menjaga bintang itu, hingga ketika tiba waktunya, akan ada bintang lain yang menemaninya, menjadikan sinarnya jauh lebih bersinar, bukan karena cinta antara mereka semata, melainkan cinta mereka yang berlandaskan cinta kepada Sang Maha Cinta, Allah SWT.
Cinta kedua orang tua bintang telah mengalir dalam dirinya, menyatu di dalamnya, karna ia percaya ridho orang tua adalah juga ridho Allah SWT. Sehingga cinta nya, baktinya, ia lakukan sepenuhnya, iya, umi abi nya yang menghantarkan ia menjadi bintang yang begitu bercahaya. Yang menghantarkan ia meraih ridho Sang Pencipta."
Kemudian semuanya tersenyum, menikmati keindahan yang begitu indah. Dalam keheningan malam, jiwa-jiwa ini terbang, bersama ribuan bintang, melihat merenung mempelajari dan ingin menjadi seperti bintang itu.
Seolah angin tak ingin mengusik, hanya semilir yang menimbulkan gesekan dedaunan, harumnya mawar, melati, anggrek dan bunga lainnya menjadikan halaman depan seperti salon perawatan, aroma terapi yang menambah bahagia di hati.
Dan ... Beberapa jam setelahnya badai itu datang..
Limpung, 9 Juli 2016
09.24
AF
Melati tersenyum, teringat kata-kata pada gambar di atas, "Malam adalah kesempatan indah untuk berdoa, beristirahat, memaafkan, melupakan, dan memulai hari Esok Yang Lebih Baik."
Betapa Melati telah melalui itu. Kemarin, tepatnya setelah Shalat Isya, beberapa sanak keluarga berkunjung ke rumah, sebelumnya sudah berkunjung, dan kunjungan kali ini bermaksud menjemput Umi dan Abi untuk bersama-sama silaturrahim ke sanak keluarga di desa lain. Melati beserta dua adek perempuannya memilih di rumah saja. Bukan tanpa alasan, mereka ingin menikmati sesuatu. Iya, tikar sudah digelar, tepatnya di halaman depan rumah, persis di samping pohon mawar yang tinggi itu, dengan bunga-bunganya yang menambah indah suasana. Tak lupa camilan, minuman berupa teh, dan juga bantal dengan selimutnya diikutsertakan. Mereka bertiga tidur seperti pindang yang berjajar. Memandang langit yang sama. Mungkin pembaca akan ikut terpesona, melihat ribuan bintang bertebaran di langit, sangat indah. Beberapa rasi bintang sangat jelas terlihat. Namun ada yang berbeda, ada satu bintang yang paling cerah, tak ada bintang lain yang letaknya begitu dekat, semuanya seperti mengelilingi bintang itu, dengan jarak yang sama hingga bisa dikatakan jarak bintang-bintang lain dengan bintang itu adalah jari-jari lingkaran yang terbentuk. Indah, cerah, terang, dalam sendirinya. Dalam keheningan, melati berkata:
"Dek, liat gak bintang itu, iya yang itu, yang paling terang, yang sendirian kayak di pusat lingkaran, nah yaps (hening sejenak)
Bintang itu terlihat paling bersinar, ia terlihat berbeda dengan yang lainnya, bintang itu memaksimalkan apa yang ada di dirinya, memaksimalkan apa yang telah Allah berikan padanya, bintang itu menunjukkan bahwa berbeda belum tentu baik tapi yang terbaik sudah pasti berbeda. Betapa ia terlihat mempesona dalam area kesendiriannya, look.. Begitu banyak bintang lain yang berkumpul mengelilingnya, namun jaraknya sama, iya, bintang itu tengah menjaga, menjaga izzah dan iffah nya. Bintang itu tengah fokus pada peningkatan kualitas dirinya, bukan untuk sesamanya melainkan untuk Sang Pencipta, Allah SWT. Ia ingin meraih mahabah Ilahiyah, ia ingin memaksimalkan apa yang sudah ia dapatkan, untuk sepenuhnya meraih Ridho Yang Memberikan.
Allah ridho terhadap dia dan dia pun ridho kepada-Nya.
Untuk itu, Allah sinari ia dengan cahaya-Nya. Hingga yang kita lihat, adalah cahaya yang begitu mempesona, tak menyilaukan mata namun menentramkan dan menyejukkan jiwa. Membuat kita sadar betapa Allah telah melimpahkan nikmat yang begitu besar, hingga kita tak dapat menghitungnya, betapa Allah Maha Segalanya, Maha Baik, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Melihat, Maha Mendengar semua doa-doa kita, dan Maha Cinta.
Bintang itu .. Ia berusaha menjadi apa yang Allah mau, menjadi apa yang Allah ingin, menjadi apa yang Allah perintahkan, menjadi apa yang Allah ridho. Ia senantiasa bertasbih kepada Allah, mengingat Allah, mencintai Allah lebih dari apapun atau siapapun jua. Semurni-murninya cinta, seindah-indahnya cinta, penuh dengan ketaatan tanpa mengharapkan balasan.
Jarak bintang lainnya adalah sama, iya, karna Allah menjaganya, menjaga bintang itu, hingga ketika tiba waktunya, akan ada bintang lain yang menemaninya, menjadikan sinarnya jauh lebih bersinar, bukan karena cinta antara mereka semata, melainkan cinta mereka yang berlandaskan cinta kepada Sang Maha Cinta, Allah SWT.
Cinta kedua orang tua bintang telah mengalir dalam dirinya, menyatu di dalamnya, karna ia percaya ridho orang tua adalah juga ridho Allah SWT. Sehingga cinta nya, baktinya, ia lakukan sepenuhnya, iya, umi abi nya yang menghantarkan ia menjadi bintang yang begitu bercahaya. Yang menghantarkan ia meraih ridho Sang Pencipta."
Kemudian semuanya tersenyum, menikmati keindahan yang begitu indah. Dalam keheningan malam, jiwa-jiwa ini terbang, bersama ribuan bintang, melihat merenung mempelajari dan ingin menjadi seperti bintang itu.
Seolah angin tak ingin mengusik, hanya semilir yang menimbulkan gesekan dedaunan, harumnya mawar, melati, anggrek dan bunga lainnya menjadikan halaman depan seperti salon perawatan, aroma terapi yang menambah bahagia di hati.
Dan ... Beberapa jam setelahnya badai itu datang..
Limpung, 9 Juli 2016
09.24
AF
Comments
Post a Comment