I’m Gonna Start to Move #1


 Pagi ini begitu cerah, secerah hatinya Melati. Melati menyusuri jalan di kampusnya. Hanya ingin rehat sejenak, merefresh diri katanya. Sejuk, sangat sejuk, ia merasakan nikmat yang begitu nikmat, dan ia selalu berharap ini akan terus ia rasakan, tapi memang tidak mudah mempertahankannya. nikmat apakah itu? nikmat dalam kedamaian yang tak terkira, tersenyum pada dunia dan merasakan dunia kembali tersenyum pada kita. Nikmat merasakan sapaan dari alam, berupa semilir angin yang menyegarkan jiwa, birunya langit menyegarkan mata, kicauan burung, gemericik air, dan bunga-bunga di sepanjang jalan itu.  kemudian, yang ada adalah renungan, betapa Allah telah memberikan segalanya, segala yang terbaik untuk kita.  Merenung bahwa seringkali diri ini lalai. Malu sama Allah, betapapun lalainya kita, Dia senantiasa memberikan yang terbaik, selalu dan selalu. Namun, seringkali ketika yang dihadirkan adalah sebuah masalah, diri ini merasa lelah, letih, capek, putus asa, padahal itu hadiah, itu yang akan menghadirkan keindahan. Karena seringkali kesedihan, penderitaan atau pun duka akibat permasalahan-permasalahan itulah yang membuat kita menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Ketika kita bisa sabar, bisa ikhlas menghadapinya, bukan karena manusia, tapi karena Sang Pemilik Jiwa, Allah SWT.  
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan  ada kemudahan (QS. Asy Syarh:5-6)
Kembali Melati tersenyum, tiba-tiba kupu-kupu yang indah itu hinggap di tangan kanannya, hampir 45 detik sebelum akhirnya kupu-kupu itu memutuskan untuk terbang lagi, melanglang buana, terbang ke sana ke mari dengan cantiknya. Melati sangat suka kupu-kupu, dari dulu. Sedari kecil yang belum tau kalau kupu-kupu itu berasal dari ulat hingga sekarang yang sudah tau sedikit tentang metamorfosisnya. Bukan Melati kalau tidak mengambil cerita dibalik semua yang terjadi dalam hidupnya.  Apapun itu. itulah Melati.
Melati kembali melanjutkan ‘jalan-jalannya’, hingga kemudian sebuah kendaraan kampus sebut saja bus datang. Sontak Melati melambaikan tangan, Melati naik bus kampus, padahal arahnya berlawanan, duduk paling belakang, paling pinggir dekat jendela, untung headsetnya lupa ia bawa ._. Yah begitulah kalau Melati lagi kumat, “melankolis pekat”. Ternyata tak lama, bus sampai di pemberhentian terakhir. Melati pun turun, kemudian ia melihat kendaraan kampus lainnya. Sebut saja Moli. Melati memutuskan untuk naik moli, yah begitulah kalau lagi ‘kumat’. Mengelilingi kampus via Moli, pertanyaannnya “sudah pernah?”  iya, Melati mengelilingi kampus, menikmati udara pagi, hijaunya pepohonan, gimana ga hijau? Keliling komplek perumdos yang adem banget.  Jangan heran kok bisa sampai sana, ya begitulah. Sepanjang perjalanan, melati tersenyum, mengingat masa-masa lalunya, masa indah, bahagia, suka hingga masa sulit, sedih, putus asa, masa banting tulang, masa dukanya. Masa penuh suka duka dalam meraih deretan impian-impiannya. Deretan impian yang dulu ia tulis ketika di bangku SMA, ia baca lagi dan lagi, kemudian Melati terperangah, betapa Allah Maha Segalanya. Semua yang ia tuliskan dulu adalah sesuatu yang katanya di sebut khayalan, ‘Ngimpi’, tidak mungkin katanya. Dan kau tau sobat? Sekarang semua itu, satu per satu terwujud, semengkhayal apapun itu, akhirnya terwujud sobat.
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar Rahmaan:55)
Moli berhenti tepat di samping tempat favorit Melati di kampusnya, Alhamdulillah... ia pun berjalan menuju tempat itu.

Bogor, 17 Juni 2016
23:29

AF

Comments

Popular posts from this blog

Nikmati saja

Favorite Page in 'My Dream Book'

Tentang Kamarku