Senyuman Melati


 



Bismillah...
dan sampailah Melati di titik ini. titik dimana dia merasakan segala sesuatu yang telah terjadi. Melati menyadari semua proses itu. hingga air matanya pun menetes, terus menetes hingga mengalir deras. Membasahi pipinya.
Melati termenung, merasakan betapa hinanya dia selama ini. betapa dia lalai akan semua yang telah Allah beri.  Melati tenggelam dalam diam .
 ***

Pagi itu, Melati memutuskan untuk pergi jalan-jalan bersama sahabatnya Mawar. Seperti biasa, mereka harus naik angkot dua kali untuk menuju tempat ini. tempat yang selalu ramai, dari anak-anak sampai yang dewasa bahkan lansia ada di tempat ini. entah memang untuk membeli kebutuhan atau sekedar keinginan atau bahkan pelampiasan kebosanan.
Namun, ada yang berbeda. Bukan mengenai tempat tujuannya. Tetapi proses menuju ke tempat tersebut. Melati merenung, diam, terpana. Cahaya itu hadir di hati Melati. Ada dialog di dalam batinnya:
“Melati...sadarkah engkau? Betapa beruntungnya engkau selama ini, dan masih kah engkau mengeluh? Lihatlah itu, penjual gorengan, penjual roti keliling, pedagang kios kecil. Lihat Melati, lihat.. bukan hanya dengan matamu, tapi juga hatimu. Lihat....mereka bekerja begitu keras, begitu sabar, begitu ikhlas. Kau melihat senyum mereka? Bahkan ketika harus terkena terik matahari, atau pun derasnya hujan, mereka masih bisa menikmatinya, bercanda tawa satu sama lain, sederhana Melati... begitu sederhana dan menentramkan jiwa. Tengok sebelah kiri itu, kau lihat penjual tissue? Tengok lebih cermat lagi, ada anak kecil yang duduk persis di samping kardus tissue itu, dimana? Di pinggir jalan, di bawah panasnya sinar matahari siang ini, berbaur dengan asap beribu kendaraan yang melewati. Setiap 2 detik sekali Ibu itu menawarkan dagangannya ke setiap orang yang datang dan pergi. “

Tiba-tiba terdengar alunan musik dari sebuah gitar kecil.
Dialog hatinyapun berlanjut:
kau mendengarnya Melati? Dan kau melihatnya? Anak itu mengingatkanmu pada adikmu bukan? Seumuran bahkan? Allah.... dia lebih kecil? Berpindah dari satu angkot ke angkot yang  lain. Anak sekecil itu sudah mencari uang sendiri, dan ini tidaklah  mudah Melati... kau lihat wajah polosnya? Wajah yang haus akan perhatian dan kasih sayang. Kau lihat itu? bukan hanya dengan mata mu namun juga dengan hatimu Melati... kau menangis? Menangislah... dan sadarlah... betapa Allah menyayangimu... Allah ingin kau mendekatiNya, raih cintaNya, Dialah Sang Pemilik jiwa. Melati... iya.. kamu merasakan saat-saat itu bukan? Saat-saat dimana hari begitu berat, menyesakkan dada, dan kau hanya tertunduk, diam, membisu, dan kau hanya ingin pergi..pergi untuk meluapkan segala emosi di hati, kesedihan yang tak terperi. Kemudian, kau temukan suatu hal yang membuatmu tertawa, dan kau kira itu lah bahagia? Namun apa? Kau tak merasakannya, kau hanya memaksa itu ada. Memaksa. Karena kau tidak berada di jalanNya. Melati....
Allah... Allah selalu ada untukmu Melati.. larilah kepadaNya, raih cintaNya, serahkan seluruh cintamu padaNya... Dialah Sang Maha Cinta... dan kau pun menangis, iya...menangislah.. menangislah dalam kedekatanmu pada Allah Azza wa Jalla...
                Setelah ini, mungkin kau akan diuji, terulah istiqomah Melati... karena kau pun tau, entah sampai kapan kau hidup di dunia ini. tak salah jika kau berpikir tentang mimpi-mimpimu itu, namun tetaplah ingat pada prinsipmu Melati... kamu hidup, kamu ada, kamu hadir di dunia ini hanya untuk meraih ridhoNya...Allah SWT.
Mulailah melangkah di lembaran barumu ini... kau menyebutnya ‘Hijrah’...
Raihlah  mahabah Ilahiyah...
Mungkin ada beberapa hal yang akan kau temui nanti, entah semakin banyak hal yang menggodamu berupa kesenangan, ataupun berbagai masalah yang menuntutmu untuk terus berjuang. Melati...  Allah mencintaimu...

***
“Udah sampai nih Melati, buruan turun” , kata Mawar.
Sontak Melati tersadar dari lamunannya (baca:renungan).
Melati pun tersenyum dengan merasakan kedamaian di hatinya.

Bogor, 10 Februari 2016
1.01  am
AF



Comments

Popular posts from this blog

Nikmati saja

Favorite Page in 'My Dream Book'

Tentang Kamarku